Paleontolog Adam Yates , memperlihatkan fosil Aardonyx Celestae, yang ditemukan di Afrika Selatan.
Kamis, 12 November 2009 | 14:50 WIB
JOHANNESBURG, KOMPAS.com
— Spesies dinosaurus yang hidup sekitar 200 juta tahun lalu ditemukan
di Afrika Selatan. Jenis yang baru diketahui ini diharapkan bisa
membantu menjelaskan bagaimana hewan-hewan tersebut berevolusi menjadi
hewan terbesar di darat.
Spesies bernama Aardonyx celestae
ini panjangnya 7 meter. Ia adalah hewan pemakan tumbuhan berkepala
kecil, tetapi memiliki rongga dada besar. Hewan ini berjalan
menggunakan kaki belakangnya, tetapi bisa juga memanfaatkan keempat
kaki untuk bergerak. Menurut para peneliti, hewan ini bisa dianggap
sebagai bagian yang hilang dalam jalur evolusi.
"Hewan ini belum pernah ditemukan sebelumnya dan ia memiliki posisi
penting dalam pohon keluarga dinosaurus," ujar paleontolog Australia,
Adam Yates.
Spesies Aardonyx celestae
ini hidup di awal periode Jurrasic. Menurut Yates, hewan yang ditemukan
di Afrika Selatan ini tingginya sekitar 1,7 meter saat berdiri, dan
beratnya mencapai 500 kilogram. Ia berumur sekitar 10 tahun saat mati,
dan diduga ia mati karena habitatnya mengalami kekeringan.
Yang menarik, hewan ini memiliki beberapa karakteristik serupa dengan
pemakan tumbuhan lain yang berjalan menggunakan kaki belakang. Namun,
ia juga memiliki kemiripan dengan dinosaurus—yang dikenal dengan
sebutan sauropoda—seperti brontosaurus, yang bisa tumbuh sangat besar, berjalan dengan empat kaki, berleher panjang, dan memiliki ekor seperti cemeti.
"Keberadaan Aardonyx
membantu mengisi ruang yang kosong dalam evolusi sauropoda, di mana
hewan yang berjalan dengan dua kaki mulai mengadopsi cara berjalan
menggunakan empat kakinya," ujar Paul Barrett, paleontolog di Museum
Sejarah Alam Inggris yang ikut dalam penggalian fosil itu.
Bagaimana dan mengapa dinosaurus tumbuh menjadi makhluk sangat besar
adalah pertanyaan yang sejak lama ingin dijawab oleh para peneliti.
Yang jelas, berjalan menggunakan empat kaki memungkinkan seekor hewan
mendukung tubuhnya yang besar. Selain itu, ukuran besar sering kali
menjadi pertahanan mereka menghadapi pemangsa bergigi tajam.
Penemuan ini dipublikasikan pada Rabu (11/11) dalam Proceedings of The Royal Society B, jurnal ilmiah yang berbasis di London.